Oleh: Nurfaizun
Perayaan
maulid Nabi Muhammad merupakan salah satu hari raya islam yang sama pentingnya
seperti hari islam lainnya, seperti Idul Fitri dan Idul adha. Istilah “Maulid”
bagi kalangan Muslim Indonesia tidaklah asing. Secara etimologi, istilah
“Maulid” berasal dari bahasa Arab –Walada Yalidu Wiladan– yang berarti
kelahiran. Kata ini biasanya dikaitkan dengan Nabi Muhammad saw. Secara
Sosiologis tanggal kelahiran Rosulullah tidak diketahui secara pasti. Bahkan,
sebagian ahli sejarah di masa kini yang mengadakan penelitian menyatakan bahwa
tanggal kelahiran Nabi Muhammad 9 Rabi’ul Awal, bukan 12 Rabi’ul Awal.
Perayaan
Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam beberapa
waktu setelah Nabi Muhammad wafat. Peringatan tersebut bagi umat muslim adalah
penghormatan dan pengingatan kebesaran dan keteladanan Nabi Muhammad dengan
berbagai bentuk kegiatan budaya, ritual dan keagaamaan. Meski sampai saat ini
masih ada kontroversi tentang peringatan tersebut di antara beberapa ulama yang
memandang sebagai Bidah atau bukan Bidah. Tetapi saat ini maulid nabi
diperingati secara luas di seluruh dunia termasuk tradisi budaya Indonesia.
Salah
satu bentuk pelaksanaan tradisi perayaan maulid nabi di Indonesia ialah tradisi
Dzibaan, Seperti contohnya umat islam di daerah Kabupaten Demak yang warganya
mayoritas beragama islam turut serta merayakan hari kelahiran nabi Muhammad
tersebut. Menurut Setyaningsih, S, I dan Muthohar, A (2023) umat Islam di Demak
merayakan maulid Nabi Muhammad SAW dengan tradisi unik yang disebut Bodo Mulud
yang muncul pada tahun 1990-an. Tradisi ini memiliki nuansa dan bentuk yang
berbeda dengan perayaan-perayaan umat Islam lainnya di beberapa daerah. Di
antara keunikannya adalah adanya pesta-pesta besar seperti hari raya Idul
Fitri, seperti makan-makan, berbagi makanan kepada tetangga.
Demak
yang terkenal dengan sebutan kota wali itu juga tidak kalah meriah dalam
perayaan hari lahir baginda nabi Muhammad SAW dirayakan hampir diseluruh
daerahnya baik di kota dan desa. Seperti
di Masjid Agung Demak dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW,
Masjid Agung Demak menggelar berbagai kegiatan keagamaan sepanjang bulan Rabiul
Awal 1446 H/2024 M. Dengan tema “Memperingati Maulid Nabi, Meneladani Akhlak
Terpuji”, kegiatan ini terbuka untuk umum dan mengajak masyarakat untuk lebih
memahami ajaran Islam serta meneladani akhlak Rasulullah SAW. Terdapat juga
Parade sholawat Masjid Agung Demak merupakan agenda rutin tahunan yang
diselenggarakan oleh Ta’mir Masjid Agung Demak (T’MAD) pada bulan Maulid.
Pembukaan Parade sholawat Masjid Agung Demak dilakukan oleh Ta’mir Masjid Agung
Demak, Remaja Masjid Agung Demak dan karyawan Masjid Agung Demak. Remaja
Masjid Agung Demak mengawali Pembukaan parade sholawat Masjid Agung Demak
dengan pembacaan maulidurrasul SAW. Biasanya pola kegiatan yang dilakukan
Masyarakat umumnya adalah dengan cara pengajian akbar, disusul dengan acara
acara tradisional lainnya.
Selain
dengan bersuka cita dengan meriahnya pengajian dan parade-parade yang diadakan,
Masyarakat umumnya menyambut hari kelahiran nabi dengan cara saling berbagi
makanan dan berkumpul makan Bersama tetangga dan saudara. Dengan bentuk-bentuk
perayaan tersebut, Sejarah mengatakan bahwa hari besar maulid nabi atau bodo
mulud menjadi tradisi yang panjang pada saat penyebaran agama islam di
Kabupaten Demak.
Tradisi
ini muncul oleh para pendakwah yang berhasil masuk ke pemerintahan demak pada
masa kerajaan dan turun temurun hingga masa modern seperti sekarang.
Tentu
saja tradisi bodo mulud ini sangat kuat mengakar pada Masyarakat demak. Bukti
tradisi ini berjalan dan mengakar secara kuat adalah kebiasaan warga demak
membaca kitab al-barzanji dalam berbagai acara. Bagi mereka, istilah Barzanji
lebih dikenal dengan istilah Berjanjen. Janji merupakan bentuk kata kerja yang
berarti membaca kitab al-Barzanji pada setiap perayaan masyarakat, yang berisi
tentang riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, dan doa-doa yang dibacakan secara
bersama-sama dan dipimpin oleh seorang imam atau ustaz secara bergantian.
Masyarakat
Kabupaten Demak membaca Barzanji dalam setiap acara ritual keagamaan maupun
adat istiadat seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, pernikahan, aqiqah, atau ucapan
syukur lainnya.
Bagi
masyrakat demak, peringatan maulid nabi memiliki nuansa yang khas karena pada
umumnya Masyarakat muslim lainnya membaca syair menjelang maulid nabi Muhammad
SAW tetapi warga Masyarakat demak membaca sepanjang malam dan sepanjang hari
maulid al-Dziba'i dan juga terkadang kolaborasi antara alBarzanji dan
al-Dzibai. Yang paling umum dibaca adalah kolaborasi antara Syair yang biasa
dibaca oleh masyrakat demak diantaranya adalah maulid AL-Barzanji, Kegiatan
pembacaan Al-Dzibai dan Al-Barzanji ini dilakukan hampir di setiap mushala dan
masjid-masjid yang ada di daerah demak. Seperti di Kecamatan-kecamatan yang ada
di daerah demak misalnya di kecamatan Dempet, di setiap mushola dan masjid
daerah Dempet ada pembacaan maulid Nabi dimulai setelah isya’ hingga larut
malam.
Selain
itu, tradisi ini dapat mempererat tali persaudaraan antar Masyarakat tanpa
mengenal kelas sosial atau ekonomi, semua sama dan dapat merasakan kemeriahaan
perayaan bodo mulud.
Merayakan
maulid nabi bisa dikatakan menjadi salah satu cara untuk bersyukur kepada Allah
SWT atas Rahmat yang telah dilimpahkan-Nya. Ada beberaba keutmaan maulid nabi
diantaranya seperti ungkapan rasa syukur atas rahmat dan karunia dari Allah
SWT, dapat meneguhkan hati manusia, adanya wasilah berbuat kebaikan, kita juga
akan mendapat banyak berkah, dan juga kita dapat mengenalkan agama islam dengan
adanya perayaan maulid nabi ini.
Dapat disimpulkan dari keterangan diatas
bahwa, tradisi di Nusantara memanglah sangat banyak mengakar kuat di Masyarakat
tanpa terkecuali Masyarakat demak. Tradisi ini juga menjadi simbolis kekuatan
kebersamaan dan persaudaraan warga Masyarakat demak khususnya yang
beragama muslim, tak hanya untuk merayakan hari besar keagamaan saja
namun juga untuk senantiasa mengingatkan bahwa persatuan akan membuat sebuah
komunitas menjadi kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Karimah Muna. (2024). Opini tentang “Makna
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bagi Umat Islam”.
Setyaningsih, S, I dan Muthohar, A (2023).
Bodo Mulud Tradition a Unique Celebration For 55The Muslim Community of Demak.
Jurnal Of Education Discoveries and Lifelong Learning (EJEDL), 4(5), 86.
0 Komentar