Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Menuju 1 Dekade : Mengapa PMII Rayon Saintek Rajin Berjalan di Tempat?

Oleh  Adi Setiawan

 

Setiap Anak Pasti Ingin Lebih Sukses Dari Orang Tuanya

Apakah kalian pernah melihat anak seorang petani menjadi tentara? Apakah kalian pernah melihat anak seorang kuli bangunan sukses menjadi dokter? Atau pernahkan kalian pernah melihat anak seorang pemulung berhasil menjadi sarjana pertama di keluarganya? Saya rasa kejadian seperti ini sudah terjadi beberapa kali di Indonesia. Saya tidak bermaksud merendahkan profesi seseorang, namun yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana tekad sang anak untuk berjuang memperoleh kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya. Hal ini terjadi karena ia memiliki kesadaran bahwa setiap anak tidak bisa memilih siapa orang tuanya, namun ia dapat memilih apa saja yang bisa dia perbuat untuk masa depannya.

Saya rasa mindset seperti ini datang dari naluri alami seorang anak, setiap anak pasti ingin lebih sukses dari orang tuanya. Jika kita merelevansikan cerita ini dalam ranah PMII Rayon Saintek UIN Walisongo Semarang, maka kita bisa menyebut bahwa setiap kader ingin lebih baik dari seniornya. Mari kita refleksikan bersama, PMII Rayon Saintek akan segera berusia 10 tahun dalam beberapa bulan ke depan. Jika berbicara kuantitas, maka keluarga besar PMII Raysa berjumlah ribuan, namun apakah kualitasnya sejalan dengan hal tersebut? Kita memang tidak bisa menilai kualitas secara eksplisit, namun kita dapat memandang ini dari sudut pandang yang lebih luas.

Becak di Jalan Tol

              Dunia berubah dengan sangat cepat, pergerakan dunia dalam beberapa tahun dapat menghasilkan hal baru yang luar biasa. 10 tahun yang lalu, akses internet hanya umum didapat dari warnet, kita harus menyewa komputer untuk sekedar menonton youtube, namun di zaman sekarang, hanya bermodalkan HP dan wifi kita dapat menonton youtube dimanapun dan kapanpun. Kalau kita terus mengandalkan warnet, maka kita akan tertinggal jauh dari yang lain. Mari kita ambil contoh lain, yaitu becak. Becak adalah salah satu alat transportasi tradisional yang populer di zaman dulu. Hampir semua orang biasa menaiki becak karena motor masih jarang digunakan. Namun di zaman sekarang, becak sudah sangat ketinggalan zaman, hampir setiap orang memiliki motor pribadi, bahkan jika tidak memiliki, maka tersedia banyak ojek online yang siap kapan saja dibutuhkan. Perkembangan infrastruktur juga berkembang, jalan yang dulunya hanya setapak, kini ada banyak hingga pembagunan jalan tol mempermudah transportasi. Coba kita pikirkan, apakah becak cocok untuk melewati jalan tol? Tentu TIDAK. Becak mungkin dulu banyak digunakan, namun sekarang era modern, semua serba canggih dan cepat sehingga orang yang bisa beradaptasilah yang bisa bertahan.

              Mari kita refleksikan hal ini dengan PMII Rayon Saintek, kesalahan fundamental yang terus kita lakukan adalah menggunakan ‘Becak di Jalan Tol’. Sistem yang dulu dianggap relevan akan terus dijalankan hingga saat ini padahal zaman sudah berubah. Orang lain ketika lewat jalan tol sudah menggunakan mobil listrik tapi kita masih menggunakan becak. Becak itu bagus, namun kalah cepat dengan mobil listrik. Sadar ataupun tidak, PMII Rayon Saintek terus menggunakan becak hingga sekarang. Kaderisasi yang hanya fokus pada kuantitas namun melupakan pengembangan diri kader adalah contohnya. “Ayo masuk PMII biar nanti bisa masuk HMJ/Dema/Sema” adalah kesesatan berpikir yang entak kenapa diwariskan turun temurun.

Menuju Era baru PMII Rayon Saintek

              Setiap kader pasti memiliki harapan, entah untuk dirinya sendiri ataupun untuk organisasi. Harapan itu terus tumbuh, entah sudah terealisasi atau justru ditentang oleh oknum tertentu. PMII bukanlah kendaraan menuju kekuasaan, PMII adalah harapan itu sendiri. Jika harapan tetap ada, maka PMII akan terus hidup dan kaderisasi akan menjadi jantungnya.

              Mari kita refleksikan lagi dengan PMII Rayon Saintek, kaderisasi yang relevan di zaman sekarang adalah kaderisasi berbasis output. “Saya ikut PMII bisa dapat apa?” itu adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh pengurus. Namun realitanya yang mereka dapatkan adalah ketidakjelasan. Agenda yang molor, rapat yang tidak jelas, hingga perdebatan yang tidak ada gunanya menjadi penyebab. Harusnya PMII tidak hanya memperdebatkan kekuasaan namun menggagas output dan pembaruan yang relevan dengan zaman. Namun ide gagasan ini seringkali ditentang oleh oknum kolot yang menginginkan sistemnya terus diterapkan hingga sekarang. Sebutan yang cocok bagi pemikiran ini adalah ‘Crab Mentality’ yaitu Seekor kepiting yang tidak membiarkan ada teman nya yang keluar dari jebakan, ia tidak ingin ada yang lebih baik darinya, ia ingin teman-temannya terus membersamainya di jurang kegagalan.

              Era baru harus kita canangkan, saya merasa malu jika dalam 10 tahun berdirinya PMII Rayon Saintek ini tidak ada perkembangan signifikan. Gagasan yang dibawa harus relevan dengan zaman, optimalisasi karya, pengembangan diri dan prestasi harus menjadi nilai jual utama PMII. Bukan lagi berapa banyak KEKUASAAN yang kita dapatkan, tapi berapa banyak DAMPAK, KARYA dan KEJUARAAN yang kita hasilkan. Setiap kader adalah anak dan setiap senior adalah orang tuanya, maka kami sebagai anak mempunya tekad untuk menjadi lebih baik dari orang tua kami.

              Harapan dan gagasan ini harus ditularkan kepada kader-kader masa depan. Kita tidak bisa terus berjalan di tempat, kita harus mulai berjalan maju menatap masa depan. Tulisan ini tidak untuk menyindir seseorang, tapi untuk menyadarkan semua orang. 10 tahun yang lalu PMII Rayon Saintek berdiri, sudah saatnya sekarang kita berlari. Bukan lari dari kenyataan namun lari mengejar kesuksesan.

             

Posting Komentar

0 Komentar