Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Manajemen Konflik: Hati nurani, Solusi atas Segala Macam Konflik



(Sumber gambar: udemi.id) 

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling kompleks, kekompleksitasan tersebut meliputi akal untuk berpikir, jiwa untuk merasa, dan badan untuk mengimplementasikan keduanya, Namun kekompleksitasan tersebutlah yang terkadang membuat manusia berpikir secara terbuka, bebas memilih makna dalam setiap situasi, dan membuatnya tidak terlepas dari kontroversi atau konflik.

Manusia dan konflik diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berhubungan satu dengan yang lain. Manusia berperan sebagai agen pembawa konflik dan konflik berperan sebagai hasil dari keistimewaan manusia. Manusia memiliki suatu keistimewaan yang diberikan oleh sang Maha Pencipta, yaitu akal pikiran. Namun, atas keistimewaan tersebut terciptalah konflik yang menimbulkan kehancuran  apabila akal pikiran tidak dibarengi dengah hati nurani.

Meski pada kenyataanya konflik yang terjadi dimuka bumi ini kebanyakan dilakukan antar kelompok dengan kelompok. Namun pada hakikatnya, konflik terjadi akibat dari sifat agresif yang dimiliki masing-masing individu. Untuk itu, dibutuhkanlah hati nurani untuk melerai konflik yang terjadi pada diri manusia.

Menurut Charles Darwin, hati nurani muncul pada diri manusia untuk menyelesaikan konflik antar impuls alamiah yang saling bersaing. Dengan kata lain, Darwin menjelaskan bahwa hati nurani berperan sebagai bentuk implementasi manusia dalam menyesali perbuatan-perbuatanya dimasa lalu.

Dalam sudut pandang tasawuf, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya'ul Ulumuddin mengatakan bahwa hati nurani merupakan landasan dalam mencapai kehidupan rohani. Beliau juga menjelaskan bahwa hati nurani adalah bentuk dari kemanusiaan dan menganalogikannya seperti kaca yang mencerminkan segala sesuatu yang ada disekelilingnya.

Islam mengatakan bahwa hati nuranilah sumber dari segala macam kebahagiaan. Hati nurani juga dapat menghatarkan manusia untuk mengetahui eksistensi Tuhannya di alam semesta. Melalui dzikir, fikir, dan amal sholeh, niscaya hati manusia akan menemukan kesadaran dan akan kembali pada Tuhannya.

Manajemen konflik adalah suatu proses aksi dan reaksi yang diambil oleh para pelaku konflik atau pihak ketiga secara rasional dan seimbang, dalam rangka pengendalian situasi dan kondisi perselisihan yang terjadi antara beberapa pihak.

Pendekatan di dalam manajemen konflik berorientasi pada proses yang mengarah ke dalam bentuk komunikasi dari para peak konflik dan pihak ketiga, serta bagaimana mereka mempengaruhi interpretasi dan kepentingan.

Dalam tahapan manajemen konflik meliputi beberapa language yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari, ditekan atau didiamkan), klasifikasi karakteristik dan struktur konflik, kemudian selanjutnya adalah evaluation konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), setelah itu menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencanaan sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.

Sebagai manusia pastinya tidak dapat menghindari sebuah konflik. Maka dari itu, sikap dari manusia itu sendirilah yang akan menentukan bagaimana konflik yang ada terselesaikan. Proses dalam menghadapi konflik setiap manusia berbeda-beda dan tentunya akan menghasilkan hasil aksi yang berbeda.



Penulis: Feby Alfiana (Kader 2019)
Editor: Vika Rachmania Hidayah

Posting Komentar

0 Komentar