Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Upaya Melestarikan Budaya dan Mengembangkan Karakter Bangsa Melalui Tradisi Maulid Nabi di Tegal “Muludan"

Oleh: Jihan Sahilina Shofa

Maulid Nabi berasal dari bahasa arab yaitu مولد النبي yang berarti kelahiran Nabi, yang dimaksud Nabi disini adalah Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi adalah sebuah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW pada setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal yang diperingati oleh mayoritas umat Islam. Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam untuk meneladani akhlakul  karimah  Nabi Muhammad SAW dan juga melestarikan tradisi umat islam. Di berbagai daerah  di Indonesia mempunyai tradisi perayaan Maulid Nabi yang khas dan beragam. Sri Isnani dkk (2022), Sesudah puji-puja kepada tuhan dan dzikir sebagai pendahuluan, puisi bermula dengan uraian tetang al-Nur al-Muhammadi, prinsip abadi penciptaan dan suksesi kenabian, yang didalamnya cahaya maujud dari Adam, melalui para Nabi, hingga kelahiran Nabi Muhammad SAW. Semua  itu mengikuti  bentuk baku dari Maulid Nabi.

Perayaan Maulid di Tegal, yang dikenal luas dengan sebutan  “Muludan”. Kegiatan seperti pembacaan kitab Barzanji atau Simtudduror, pembacaan shalawat, ceramah agama, serta kirab budaya dengan membawa tumpeng atau hasil bumi adalah beberapa contoh nyata dari perpaduan nilai religius dan tradisional. Pada serangkaian acara  Muludan dilakukan selama 12 hari berturut-turut mulai tanggal 1 Rabi’ul Awwal secara bergantian di rumah-rumah warga. Pada hari pertama sampai haro ke-11 biasanya ada penjadwalan untuk pemberian snack , kecuali pada hari ke-8 ada istilah yang disebut dengan Tekwinan.

Tradisi Tekwinan adalah sebuah kegiatan membagikan makanan menggunakan cobek yang berbahan dasar tanah liat, lalu dikumpulkan di mushola setempat kemudian dibagikan setelah pembacaan maulid selesai untuk masyarakat sekitar yang menghadiri acara Muludan.  Seiring berkembangnya zaman, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan piring, atau wadah untuk parcel. Dengan tujuan penghormatan hari lahir Nabi Muhammad SAW dan ucapan rasa syukur serta dapat memperat tali silaturrahmi.  Pada tanggal 12 Rabi’ul Awal yaitu puncaknya yang dinamakan dengan Roalasan dilakukan dengan membagikan ember berisi makanan setelah pembacaan maulid selesai. Sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pelestarian budaya melalui tradisi Muludan di Tegal juga melibatkan berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari tokoh agama, pemuda, majelis taklim ibu-ibu, hingga anak-anak sekolah, semua ikut serta dalam mempersiapkan dan mengikuti kegiatan. Dengan melibatkan generasi muda, masyarakat secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai keteladanan Rasulullah, seperti kejujuran, kasih sayang, kerja keras, dan kepedulian terhadap sesama. Inilah yang menjadi fondasi penting dalam membangun karakter bangsa yang beradab dan bermoral. Tradisi Muludan di Tegal juga menjadi benteng pertahanan dari pengaruh budaya luar yang kadang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Ketika arus globalisasi membawa berbagai perubahan gaya hidup, tradisi semacam ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga akar budaya sendiri yang berakar pada nilai-nilai keagamaan dan moral.

Selain itu, tradisi Muludan juga menjadi ajang pendidikan informal. Melalui ceramah agama yang disampaikan oleh para ulama lokal atau tokoh masyarakat, masyarakat mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang sejarah Nabi Muhammad, perjuangannya, dan akhlaknya yang mulia. Ini merupakan bentuk pembelajaran karakter yang efektif karena disampaikan dalam suasana kekeluargaan dan penuh kekhusyukan. Tidak hanya belajar secara kognitif, masyarakat juga mengalami langsung praktik nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sosial mereka.

Maulid Nabi menjadi ruang sosialisasi nilai-nilai Islam yang tidak hanya bersifat teologis, tetapi juga etis dan sosial, seperti kejujuran, empati, dan keadilan, yang terinternalisasi melalui narasi kehidupan Nabi dan praktik perayaan komunal. Proses internalisasi ini, sebagaimana dijelaskan dalam teori kewarganegaraan budaya, membentuk orientasi kognitif, afektif, dan evaluatif warga negara terhadap komunitas dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Dengan demikian, Maulid Nabi tidak hanya memperkuat identitas keagamaan, tetapi juga menanamkan disposisi kewargaan yang partisipatif dan bertanggung jawab, yang terwujud dalam praktik gotong royong, kepedulian sosial, dan penghormatan terhadap nilai-nilai bersama dalam masyarakat Muslim (Turner, 2001).

Daftar Pustaka

Setiyaningsih, S. I., & Asekhatul, L. H. (2022). Lebaran Maulid: Tinjauan bentuk dan nuansa pelaksanaan tradisi masyarakat Demak. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Walisongo.

Turner, B. S. (2001). Citizenship studies: A general theory. Citizenship Studies, 5(1), 5-18

Maulid Nabi Muhammad. (2025, 8 Mei). Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Diakses 8 Mei 2025

Rachmi Utami, (2023). Tradisi Tekwinan Pada Perayaan Maulid Nabi (Studi Living Qur’an Desa Dukuhwaru-Tegal). Fakultas Ushuluddin dan Adab Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati.

Posting Komentar

0 Komentar