Oleh: Jihan Sahilina Shofa
Maulid Nabi
berasal dari bahasa arab yaitu مولد النبي yang berarti kelahiran Nabi, yang
dimaksud Nabi disini adalah Nabi Muhammad SAW. Maulid
Nabi adalah sebuah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW pada setiap tanggal
12 Rabi’ul Awal yang diperingati oleh mayoritas umat Islam. Perayaan Maulid
Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting bagi umat Islam
untuk meneladani akhlakul karimah Nabi Muhammad SAW dan juga melestarikan
tradisi umat islam. Di berbagai daerah di Indonesia mempunyai tradisi perayaan Maulid
Nabi yang khas dan beragam. Sri Isnani dkk (2022), Sesudah puji-puja kepada
tuhan dan dzikir sebagai pendahuluan, puisi bermula dengan uraian tetang al-Nur
al-Muhammadi, prinsip abadi penciptaan dan suksesi kenabian, yang didalamnya
cahaya maujud dari Adam, melalui para Nabi, hingga kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Semua itu mengikuti bentuk baku dari Maulid Nabi.
Perayaan Maulid di Tegal, yang dikenal luas dengan
sebutan “Muludan”. Kegiatan seperti
pembacaan kitab Barzanji atau Simtudduror, pembacaan shalawat,
ceramah agama, serta kirab budaya dengan membawa tumpeng atau hasil bumi adalah
beberapa contoh nyata dari perpaduan nilai religius dan tradisional. Pada
serangkaian acara Muludan dilakukan
selama 12 hari berturut-turut mulai tanggal 1 Rabi’ul Awwal secara bergantian
di rumah-rumah warga. Pada hari pertama sampai haro ke-11 biasanya ada
penjadwalan untuk pemberian snack , kecuali pada hari ke-8 ada istilah
yang disebut dengan Tekwinan.
Tradisi Tekwinan adalah sebuah kegiatan membagikan makanan menggunakan
cobek yang berbahan dasar tanah liat, lalu dikumpulkan di mushola setempat
kemudian dibagikan setelah pembacaan maulid selesai untuk masyarakat sekitar yang
menghadiri acara Muludan. Seiring
berkembangnya zaman, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan piring, atau
wadah untuk parcel. Dengan tujuan penghormatan hari lahir Nabi Muhammad
SAW dan ucapan rasa syukur serta dapat memperat tali silaturrahmi. Pada tanggal 12 Rabi’ul Awal yaitu puncaknya
yang dinamakan dengan Roalasan
dilakukan dengan membagikan ember berisi makanan setelah pembacaan maulid
selesai. Sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pelestarian budaya melalui tradisi Muludan di Tegal
juga melibatkan berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari tokoh agama, pemuda,
majelis taklim ibu-ibu, hingga anak-anak sekolah, semua ikut serta dalam
mempersiapkan dan mengikuti kegiatan. Dengan melibatkan generasi muda,
masyarakat secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai keteladanan Rasulullah,
seperti kejujuran, kasih sayang, kerja keras, dan kepedulian terhadap sesama.
Inilah yang menjadi fondasi penting dalam membangun karakter bangsa yang
beradab dan bermoral. Tradisi Muludan di Tegal juga menjadi benteng pertahanan
dari pengaruh budaya luar yang kadang tidak sesuai dengan jati diri bangsa.
Ketika arus globalisasi membawa berbagai perubahan gaya hidup, tradisi semacam
ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga akar budaya sendiri yang berakar
pada nilai-nilai keagamaan dan moral.
Selain itu, tradisi Muludan juga menjadi ajang
pendidikan informal. Melalui ceramah agama yang disampaikan oleh para ulama
lokal atau tokoh masyarakat, masyarakat mendapatkan pemahaman lebih dalam
tentang sejarah Nabi Muhammad, perjuangannya, dan akhlaknya yang mulia. Ini
merupakan bentuk pembelajaran karakter yang efektif karena disampaikan dalam
suasana kekeluargaan dan penuh kekhusyukan. Tidak hanya belajar secara
kognitif, masyarakat juga mengalami langsung praktik nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sosial mereka.
Maulid Nabi menjadi ruang sosialisasi nilai-nilai
Islam yang tidak hanya bersifat teologis, tetapi juga etis dan sosial, seperti
kejujuran, empati, dan keadilan, yang terinternalisasi melalui narasi kehidupan
Nabi dan praktik perayaan komunal. Proses internalisasi ini, sebagaimana
dijelaskan dalam teori kewarganegaraan budaya, membentuk orientasi kognitif,
afektif, dan evaluatif warga negara terhadap komunitas dan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi. Dengan demikian, Maulid Nabi tidak hanya memperkuat identitas
keagamaan, tetapi juga menanamkan disposisi kewargaan yang partisipatif dan
bertanggung jawab, yang terwujud dalam praktik gotong royong, kepedulian
sosial, dan penghormatan terhadap nilai-nilai bersama dalam masyarakat Muslim
(Turner, 2001).
Daftar Pustaka
Setiyaningsih, S. I., &
Asekhatul, L. H. (2022). Lebaran Maulid: Tinjauan bentuk dan nuansa pelaksanaan
tradisi masyarakat Demak. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Walisongo.
Turner, B. S. (2001). Citizenship
studies: A general theory. Citizenship Studies, 5(1), 5-18
Maulid Nabi Muhammad. (2025, 8 Mei). Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Diakses 8 Mei 2025
Rachmi Utami, (2023). Tradisi
Tekwinan Pada Perayaan Maulid Nabi (Studi Living Qur’an Desa Dukuhwaru-Tegal). Fakultas
Ushuluddin dan Adab Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Institut Agama Islam Negeri
Syekh Nurjati.
0 Komentar