Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Analisis Sosial Pemojokan Nahdlatul Ulama dari Media Sosial dan Hipotesisnya

 

Oleh : Muhammad Ulil Albab

Media sosial kini sangat marak dengan viralnya istilah Gus, Foedalisme, Habib dan lain sebagainya yang menjadikan salah satu organisasi menjadi kambing hitam atas hal tersebut. Pemojokan ini menjadi studi kasus untuk diselesaikan agar perpecahan antar umat beragama yang serumpun tidak terjadi konflik sosial. Seperti yang diketahui secara umum bahwa Nahdlatul Ulama adalah suatu organisasi masyarakat berbasis agama islam dengan haluan Ahlussunnah Waljamaah (ASWAJA) yang di dalamnya berisi integrasi antara dakwah keislaman dengan tradisi lokal, integrasi tersebut telah dilakukan sejak zaman Islam datang ke Nusantara, hal ini dipelopori oleh Walisongo dalam sistem dakwahnya. Namun kini, media sosial seperti sedang memojokkan dan mengkambinghitamkan hal tersebut menjadi salah satu kesalahan dalam memandang secara general.

Permasalahan di atas menjadi suatu bahan yang dapat dikaji dan terdapat pertanyaan. Apakah ini awal mula kehancuran Nahdlatul Ulama atau ini merupakan sistem “PER” yang sedang dialami oleh Nahdlatul Ulama. Sistem PER adalah saat suatu hal mengalami tekanan yang begitu kuat dan hal itu sampai di titik lontarnya maka per tersebut akan melenting tinggi.

Dua Hipotesis ini dapat diperincikan dengan faktor-faktornya. Hipotesis pertama tentang pertanyaan kehancuran Nahlatul Ulama. Faktor tersebut meliputi, data-data dari media sosial tidak dapat dibendung oleh Nahdlatul Ulama dan akhirnya menjadi semakin mengkikisnya organisasi Nahdlatul Ulama; Tidak ada intropeksi dari elemen Nahdlatul Ulama; Kurangnya penggalakan media sosial dari segi kajian ciri khas Nahdlatul Ulama yang dipublikasikan secara umum.

Hipotesis kedua memiliki faktor penting antara lain, Data-data media sosial membuat tekanan dan pemojokkan Nahdlatul Ulama; Pemojokan ini berasal dari media yang tidak tahu asal usul dan sejarah Nahdlatul Ulama secara kompleks.

Adapun metode untuk sistem PER dapat terealisasikan yaitu, Pengurus Pusat intropeksi akan hal ini; Penguatan pondasi dari elemen organisasi paling muda yaitu Pengurus Ranting; Menggalakkan bahtsul masail seluruh pondok pesantren berbasis ASWAJA dan dipublikasikan secara umum untuk branding dan jawaban atas media-media yang telah mengkambing hitamkan Nahdlatul Ulama; Menggalakan kajian kitab berbasis ASWAJA dari seluruh elemen organisasi maupun masyarakat untuk berkembangnya ilmu pengetahuan secara komprehensif dan tentunya dipublikasikan secara umum dengan deskripsi yang baik dan mengedepankan adab; Pengabdian santri ke seluruh elemen masyarakat untuk kajian-kajian kitab secara merata.

Berangkat dari permasalahan, hipotesis, dan metode yang diusulkan. Hal tersebut akan dapat teralisasikan jika seluruh elemen menyadari akan pentingnya masalah ini demi keberlangsungan ummat dan ukhwuah islamiah. Pastisnya jika metode tersebut digalakkan kembali Nahdlatul Ulama akan kembali menjadi organisasi yang disegani di Nusantara bahkan dalam skala Global. Namun jika hal ini diabaikan, untuk kedepannya bisa disimpulkan sendiri.

Posting Komentar

0 Komentar