Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Sains dan Teknologi (PMII Rayon Saintek) komisariat UIN Walisongo Semarang menyelenggarakan diskusi yang bertemakan “HAM dan Keadilan Iklim (Oligarki Berdalih Kemajuan Ekonomi, Pemenuhan Hak Lingkungan Hidup Dikemanakan ?” pada hari Rabu (9/12/2020). Diskusi tersebut dipantik oleh Abdul Ghofar {Project Officer Keadilan Iklim, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nasional} dan Nico Andi Wauran {Divisi Sumber Daya Alam Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang} yang di moderatori oleh Zakiyatur Rosidah (Demisioner Pengurus Rayon Saintek masa khidmat 2018/2019). Diskusi dilaksanakan melalui media zoom meeting yang telah diikuti oleh delapan puluh aktifis peduli lingkungan. Sejatinya lingkungan adalah sesuatu di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan hidup manusia. Namun pada kenyataannya lingkungan sekarang, dikuasai oleh perusahaan-perusahaan industri. Dimana nanti akan berdampak pada masyarakat itu sendiri. Alih-alih oligarki berdalih kemajuan ekonomi, pada kenyataannya hak ekonomi masyarakat tak terpenuhi.
Ghofar atau biasa dipanggil Gopang membawakan topik diskusi yang sangat menarik yaitu Keadilan Iklim, Hak Asasi Manusia dan Kejahatan Korporasi. Sahabat Gopang menyampaikan bahwa iklim di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Perubahan suhu di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Di mana suhu bumi meningkat sekitar 0,8 derajat celcius selama abad terakhir ini. Selain itu terjadi pula peningkatan frekuensi gelombang panas dan intensitas curah hujan di berbagai daerah. Hal tersebut menyebabkan fenomena cuaca ekstrem terjadi di antaranya banjir bandang, kekeringan, kenaikan permukaan laut dan sebagainya. Dari sinilah Indonesia akan terancam tenggelam jika nanti pada tahun 2100 suhu naik menjadi 2 derajat celsius.
“Di 2017 berdasarkan inventerisasi sektor terbesar penghasil emisi kita itu energi, batu bara, transportasi menyumbang 49%, sampah dan limbah 10% lahan itu 24% sebetulnya, pertanian itu 11 %, industri 5%, kebakaran hutan gambut 1%.” ungkap Gopang. Kebijakan yang diambil justru menguntungkan oligarki-oligarki yang mempermainkan dunia perindustrian dengan alasan adanya industri baru di era 2.0. Hal tersebut justru membuat kebijakan iklim yang kian hari kian menderita,
Kemudian diskusi di lanjutkan oleh Nico Adi Wauran yang membahas tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan pelanggaran Hak Atas Lingkungan Hidup di sekitar Jawa Tengah. Pembangunan industri ekonomi yang kini banyak di wilayah-wilayah desa justru berdampak bagi lingkungan disekitar kita. “Banyak sekali kasus, salah satunya di Sukoharjo yaitu Pabrik PT. Rayon Utama Makmur (RUM) dimana pabrik tersebut sangat meresahkan warga disekitarnya mencemari udara, lingkungan, bahkan air hingga ke sungai bengawan Solo. Contoh lagi penggusuran di Tambak Rejo Semarang, pemerintah kota akan membangun proyek pengendalian banjir dan normalisasi sungai banjir kanal timur di Tambak Rejo. Tetapi cara mereka salah dengan menggusur warga, yang tidak sesuai dengan HAM.” ungkap Nico.
Pembangunan Ekonomi di Indonesia sama saja melanggar hukum. Di mana mereka sering kali melupakan HAM dan Hak Atas Lingkungan Hidup, “Bisa kita lihat pembangunan pabrik semen di Kota Pati. Kenapa warga menolak pembangunan pabrik semen tersebut? Ya karena nanti akan bepengaruh pada lingkungan mereka seperti air. Karena seperti yang kita tahu bahwa air adalah sumber kebutuhan hidup,” tutur Nico.
Undang-Undang Minerba yang sekarang disahkan, justru menghilangkan Hak-Hak masyarakat, malah menguntungkan perusahaan-perusahaan ekonomi. “Kebijakan pemerintah pusat yang malah menindas rakyat, dimana UU minerba, UU Cipta Kerja menghilangkan hak-hak rakyat. Justru menguntungkan korporasi ataupun pengusaha-pengusaha yang melakukan pencemaran lingkungan,” ungkap Nico.
Gerakan-gerakan pemuda sekarang telah meluas sangat drastis dan tidak hanya di dominasi kelompok urban, melainkan kelompok ural mulai meningkat kesadarannya terhadap isu lingkungan. Keadaan di desa maupun di kota sekarang sudah mulai merasakan dampak dari krisis iklim ini, “Oleh karena itu, harapannya para sahabat-sahabat mulai menggalang Gerakan Kolektif, bicara iklim tapi bicara kasus-kasus spesifik. Karena iklim ini merangkai keseluruhan. Maka dari itu ayo galang persatuan, ayo bikin aksi online maupun offline yang semakin banyak. Satu orang tidak akan cukup membawa perubahan apapun tapi satu juta orang niscaya akan cukup mebawa perubahan walaupun proses sangat panjang,” tutur Gopang
Senada dengan Gopang, Nico menambahkan bahwa untuk membawa perubahan-perubahan memang seharusnya melakukan konsolidasi di semua lini gerakan. “Ayo memperkuat gerakan-gerakan yang sudah ada, melakukan gerakan solidaritas masyarakat, mengambil sikap dan mengambil hak sepenuhnya,” pungkas Nico
1 Komentar