Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Pengantar Filsafat Louis O Katsoff

Part 1 : Yang Ada (Being)


(sumber gambar : https://www.kangwiwid.com/2020/04/filsuf-dunia-dan-pemikirannya.html)

oleh : Feby Alfiana

Pernahkah kita berpikir bahwa segala sesuatu itu ada?, atau pernahkah kita berpikir bahwa ternyata apa yang tidak bisa kita lihat itu ada?. Berbicara perihal sesuatu ‘yang ada’ terkadang membuat kita berpikir apakah benar segala sesuatu itu ada. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tulisan ini hadir tidak hanya sekadar untuk formalitas notulensi diskusi saja, melainkan tulisan ini juga hadir untuk mengajak sekaligus membuka pikiran pembaca terkait sesuatu ‘yang ada’.

Mayoritas masyarakat awam (kita semua) beranggapan bahwa sesuatu yang nampak oleh mata adalah sesuatu ‘yang ada’. Sebaliknya, kita menganggap sesuatu yang tidak nampak oleh mata adalah sesuatu ‘yang tidak ada’. Dalam kasus lain, masyarakat awam juga sering menyetarakan sesuatu ‘yang ada’ dengan dua istilah berbeda yaitu eksistensi dan esensi, dengan kata lain kita menganggap bahwa sesuatu ‘yang ada’ berarti sesuatu tersebut bereksistensi dan beresensi (Eksistesi dan esensi akan dibahas pada part yang akan datang)

Parmenides, seorang filsuf berkebangsaan Yunani pernah mengatakan bahwa "Sesuatu apapun halnya bersifat ‘yang ada’, baik dia bereksistensi atau tidak bereksistensi, sesuatu itu tetap ada". Berangkat dari pernyataan tersebut, timbul suatu pertanyaan ‘kenapa sesuatu itu ada?’. Dikutip dari buku yang sedang kita kaji (Pengantar Filsafat Louis O Katsoff) mengatakan bahwa sesuatu itu ada karena ‘yang ada’ adalah predikat paling umum dari segala sesuatu. Predikat ‘yang ada’ juga dapat dikatakan sebagai predikat universal, artinya predikat ini merupakan predikat dari setiap satuan yang mungkin ada.

Jika segala sesuatu itu bersifat ‘yang ada’, lalu bagaimana dengan sesuatu ‘yang tidak ada’(Non-Being)? 

 Atas pertanyaan tersebut, Parmenides kembali menjawab bahwa "Sesuatu yang tidak ada itu ada". Hal tersebut karena pada dasarnya, sesuatu ‘yang tidak ada’(non- being) merupakan istilah yang tidak mengandung makna dan tidak menunjuk pada suatu apapun. Sedangkan ketika kita memikirkan istilah tentang sesuatu yang ‘tidak ada’ berarti kita telah memberikan sifat ‘yang ada’ pada istilah tersebut. Sesuatu yang ‘tidak ada’ juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dipikirkan. Sebaliknya, sesuatu ‘yang ada’ itu selalu dapat dipikirkan, dikatakan, dan didiskusikan. Dari pernyataan tersebut dapat dikonklusikan bahwa sesuatu ‘yang ada’ itu dapat dipikirkan dan sesuatu yang dapat dipikirkan itu selalu ada.

 Akhir dari tulisan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa pemikiran Parmenides tentang sesuatu ‘yang ada’ itu telah melatarbelakagi munculnya teori tentang kekekalan alam semesta. Parmenides beranggapan bahwa sesuatu ‘yang ada’ itu tetap, sedangkan sesuatu yang tetap itu abadi.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya... tetap semangat....................


Posting Komentar

0 Komentar