Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Tradisi Lempar Buah di Hari Maulid Nabi di Grobogan

Oleh: Khoirotun Nopiah

Maulid Nabi menurut bahasa berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dari pengertian tersebut, “Maulid Nabi Muhammad SAW” berarti usaha untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Biasanya dalam hari perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah ada tradisi-tradisi atau kebiasaan yang di lakukan saat perayaaan tersebut.

Tradisi yang di selenggarakan di Karang anyar Demak seperti pembacaan Maulid Nabi, ater-ater, sedekah dan mayoran juga pembacaan sholawat dan doa wasilah. Sedangkan Berbeda dengan tradisi yang ada di Demak di Grobogan ada tradisi lempar buah di pondok pesantren assalafi Miftahul huda Ngroto, Gubug, Grobogan yang merupakan salah satu tradisi yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya saat perayaan hari Maulid Nabi Muhammad SAW.

Di Demak saat hari Maulid Nabi terdapat banyak tradisi yang selalu di lakukan setiap tahunnya salah satunya yaitu pembacaan Maulid yang diadakan di Masjid, Mushola, Rumahrumah, atau majelis yang biasanya membaca buku Maulid al barzanji, Maulid al Diba'i, atau Syaraf al anam yang di baca pada tanggal 1 sampai tanggal 12 Rabi'ul Awal dan juga yang rutin membacanya disetiap malam jum'at.Ada juga tradisi ater-ater yaitu dengan membagikan makanan ke tetangga sebagai bentuk sedekah dan selametan, dengan tujuan menolak bala dan memperoleh berkah.

Tradisi lempar buah di pondok pesantren Assalafi Miftahul Huda Ngroto Gubuk Grobogan adalah sebuah tradisi yang selalu di adakan setiap tahunnya, Tradisi ini berawal dari kebiasaan para santri dan masyarakat sekitar yang ingin mengekspresikan rasa syukur dan cinta mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam perayaan ini, buah-buahan dilemparkan ke arah para santri dan hadirin sebagai simbol keberkahan dan kegembiraan. tradisi tersebut berisikan para kyai dan pengasuh pondok, ustad senior atau guru-guru pondok, dan tamu tamu kehormatan yang di undang oleh pengurus pondok pesantren dan juga para santri.

Tradisi lempar buah ini di awali dengan penbukaan yang biasanya di isi dengan sambutan dari pengasuh pondok atau perwakilan panitia yang di lanjut dengan pembacaan Maulid atau sholawat bersama dengan membaca simtudduror atau berzanji yang berisi kisah kelahiran dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang juga diiringi dengan sholawatan oleh para santri dan para jama'ah, setelah itu dilanjutkan dengan mauidhoh hasanah, biasanya disampaikan oleh kyai atau ustaz yang diundang, yang membahas keteladanan Nabi Muhammad SAW dan pentingnya meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari. Dilanjutkan doa. Lalu sampai di puncak acara yaitu lempar buah oleh para kyai dan pengurus pondok yang berada di atas panggung yang mana buah buah tersebut di lemparkan kepada para santri yang sudah berda di depan panggung untuk menerima lemparan buah buah yang di anggap pemberian berkah dan kebaikan dimana buah buah tersebut memiliki lambang yang berbeda beda, seperti buah apel yang melambangkan kemanisnya iman dan kebaikan,buah manggis yang melambangkan kemuliaan akhlak, buah pisang melambangkan kesuburan dan keberkahan dan juga buah buah lainnya yang juga memiliki lambang lambang yang berbeda di setiap buahnya.

Tradisi lempar buah yang diselenggarakan setiap tahun di Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda, Ngroto, Gubug, Grobogan, merupakan bentuk perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang unik dan sarat makna. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur dan cinta masyarakat serta santri kepada Nabi dengan melempar buah-buahan yang memiliki simbolsimbol keutamaan seperti kemuliaan akhlak, keberkahan, dan manisnya iman. Acara ini diawali dengan sambutan, pembacaan Maulid, shalawat, mauidhoh hasanah, dan doa bersama sebelum mencapai puncaknya pada prosesi lempar buah. Selain menjadi bentuk perayaan spiritual, tradisi ini juga mengandung nilai-nilai edukatif, mempererat hubungan sosial, serta melestarikan budaya lokal yang Islami. Dalam tradisi lempar buah ini juga memiliki nilai nilai pancasila dari teori kewarganegaraan

Sila 1 (Ketuhanan yang Maha Esa): Taradisi lempar buah ini berakar pada kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW, yang memperkuat keimanan dan praktik religius masyarakat.

Sila 2 (Kemanusiaan yang adil dan beradab): Tradisi ini mencerminkan kebersamaan, Saling memberi dan menerima apa yang ada.

Sila 3 (Persatuan Indonesia): Tradisi ini mempersatukan santri, warga, tamu-tamu undanggan yangmenunjukkan semangat kebersamaan saat bersama.

Sila 5 ( Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia): Tradisi ini memberi ruang bagi semua kalangan masyarakat untuk merasakan sukacita bersama, tanpa memandang status sosial, sehingga memperkuat nilai keadilan sosial.

Tradisi lempar buah ini perlu dilestarikan dan diadaptasi, bukan ditinggalkan, dengan alasan berikut: Nilai Budaya dan Spiritual: Tradisi ini mengandung nilai edukatif dan religius yang tinggi. Jika dikelola dengan baik, tradisi ini bisa menjadi sarana dakwah yang menyenangkan dan mendidik. Daya Tarik Sosial dan Pariwisata Budaya: Tradisi unik seperti ini dapat menarik perhatian publik, bahkan wisatawan, jika dikemas dalam konteks kearifan lokal. Ini bisa menjadi potensi ekonomi lokal. Adaptasi di Era Modern: Aspek “lempar buah” perlu dikelola agar tetap aman dan tertib, misalnya dengan sistem pembagian yang lebih terstruktur. Teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk promosi dan dokumentasi budaya ini.

REFERENSI

Setiyaningsih, S. I., & Asekhatul, L. H. (2022). Lebaran Maulid: Tinjauan bentuk dan nuansa pelaksanaan tradisi masyarakat Demak. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Walisongo.

Setyawan, M.B.(2024). Tradisi Lempar Buah Dalam Acara Maulid Nabi Di Pondok Pesantren Assalafi Miftahul Huda Ngroto Gubug Grobogan (Studi Living Hadits). etheses.uingusdur.ac.id.

Posting Komentar

0 Komentar