Oleh: Khoirotun Nopiah
Maulid
Nabi menurut bahasa berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti peringatan
hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dari pengertian tersebut, “Maulid Nabi
Muhammad SAW” berarti usaha untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Biasanya dalam hari perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah ada tradisi-tradisi
atau kebiasaan yang di lakukan saat perayaaan tersebut.
Tradisi
yang di selenggarakan di Karang anyar Demak seperti pembacaan Maulid Nabi,
ater-ater, sedekah dan mayoran juga pembacaan sholawat dan doa wasilah.
Sedangkan Berbeda dengan tradisi yang ada di Demak di Grobogan ada tradisi
lempar buah di pondok pesantren assalafi Miftahul huda Ngroto, Gubug, Grobogan
yang merupakan salah satu tradisi yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya
saat perayaan hari Maulid Nabi Muhammad SAW.
Di
Demak saat hari Maulid Nabi terdapat banyak tradisi yang selalu di lakukan
setiap tahunnya salah satunya yaitu pembacaan Maulid yang diadakan di Masjid,
Mushola, Rumahrumah, atau majelis yang biasanya membaca buku Maulid al
barzanji, Maulid al Diba'i, atau Syaraf al anam yang di baca pada tanggal 1
sampai tanggal 12 Rabi'ul Awal dan juga yang rutin membacanya disetiap malam
jum'at.Ada juga tradisi ater-ater yaitu dengan membagikan makanan ke tetangga
sebagai bentuk sedekah dan selametan, dengan tujuan menolak bala dan memperoleh
berkah.
Tradisi
lempar buah di pondok pesantren Assalafi Miftahul Huda Ngroto Gubuk Grobogan
adalah sebuah tradisi yang selalu di adakan setiap tahunnya, Tradisi ini
berawal dari kebiasaan para santri dan masyarakat sekitar yang ingin
mengekspresikan rasa syukur dan cinta mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam
perayaan ini, buah-buahan dilemparkan ke arah para santri dan hadirin sebagai
simbol keberkahan dan kegembiraan. tradisi tersebut berisikan para kyai dan
pengasuh pondok, ustad senior atau guru-guru pondok, dan tamu tamu kehormatan
yang di undang oleh pengurus pondok pesantren dan juga para santri.
Tradisi
lempar buah ini di awali dengan penbukaan yang biasanya di isi dengan sambutan
dari pengasuh pondok atau perwakilan panitia yang di lanjut dengan pembacaan
Maulid atau sholawat bersama dengan membaca simtudduror atau berzanji yang
berisi kisah kelahiran dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang juga diiringi
dengan sholawatan oleh para santri dan para jama'ah, setelah itu dilanjutkan
dengan mauidhoh hasanah, biasanya disampaikan oleh kyai atau ustaz yang
diundang, yang membahas keteladanan Nabi Muhammad SAW dan pentingnya meneladani
akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari. Dilanjutkan doa. Lalu sampai di
puncak acara yaitu lempar buah oleh para kyai dan pengurus pondok yang berada
di atas panggung yang mana buah buah tersebut di lemparkan kepada para santri
yang sudah berda di depan panggung untuk menerima lemparan buah buah yang di
anggap pemberian berkah dan kebaikan dimana buah buah tersebut memiliki lambang
yang berbeda beda, seperti buah apel yang melambangkan kemanisnya iman dan
kebaikan,buah manggis yang melambangkan kemuliaan akhlak, buah pisang
melambangkan kesuburan dan keberkahan dan juga buah buah lainnya yang juga
memiliki lambang lambang yang berbeda di setiap buahnya.
Tradisi
lempar buah yang diselenggarakan setiap tahun di Pondok Pesantren Assalafi
Miftahul Huda, Ngroto, Gubug, Grobogan, merupakan bentuk perayaan Maulid Nabi
Muhammad SAW yang unik dan sarat makna. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur
dan cinta masyarakat serta santri kepada Nabi dengan melempar buah-buahan yang
memiliki simbolsimbol keutamaan seperti kemuliaan akhlak, keberkahan, dan
manisnya iman. Acara ini diawali dengan sambutan, pembacaan Maulid, shalawat,
mauidhoh hasanah, dan doa bersama sebelum mencapai puncaknya pada prosesi
lempar buah. Selain menjadi bentuk perayaan spiritual, tradisi ini juga
mengandung nilai-nilai edukatif, mempererat hubungan sosial, serta melestarikan
budaya lokal yang Islami. Dalam tradisi lempar buah ini juga memiliki nilai
nilai pancasila dari teori kewarganegaraan
Sila
1 (Ketuhanan yang Maha Esa): Taradisi lempar buah ini berakar pada kecintaan
terhadap Nabi Muhammad SAW, yang memperkuat keimanan dan praktik religius
masyarakat.
Sila
2 (Kemanusiaan yang adil dan beradab): Tradisi ini mencerminkan kebersamaan,
Saling memberi dan menerima apa yang ada.
Sila
3 (Persatuan Indonesia): Tradisi ini mempersatukan santri, warga, tamu-tamu
undanggan yangmenunjukkan semangat kebersamaan saat bersama.
Sila
5 ( Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia): Tradisi ini memberi ruang
bagi semua kalangan masyarakat untuk merasakan sukacita bersama, tanpa
memandang status sosial, sehingga memperkuat nilai keadilan sosial.
Tradisi
lempar buah ini perlu dilestarikan dan diadaptasi, bukan ditinggalkan, dengan
alasan berikut: Nilai Budaya dan Spiritual: Tradisi ini mengandung nilai
edukatif dan religius yang tinggi. Jika dikelola dengan baik, tradisi ini bisa
menjadi sarana dakwah yang menyenangkan dan mendidik. Daya Tarik Sosial dan
Pariwisata Budaya: Tradisi unik seperti ini dapat menarik perhatian publik,
bahkan wisatawan, jika dikemas dalam konteks kearifan lokal. Ini bisa menjadi
potensi ekonomi lokal. Adaptasi di Era Modern: Aspek “lempar buah” perlu
dikelola agar tetap aman dan tertib, misalnya dengan sistem pembagian yang
lebih terstruktur. Teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk promosi dan
dokumentasi budaya ini.
REFERENSI
Setiyaningsih, S.
I., & Asekhatul, L. H. (2022). Lebaran Maulid: Tinjauan bentuk dan nuansa
pelaksanaan tradisi masyarakat Demak. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Islam Negeri Walisongo.
Setyawan,
M.B.(2024). Tradisi Lempar Buah Dalam Acara Maulid Nabi Di Pondok Pesantren
Assalafi Miftahul Huda Ngroto Gubug Grobogan (Studi Living Hadits).
etheses.uingusdur.ac.id.
0 Komentar