Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Grebeg Maulid : Tradisi Luapan Rasa Syukur dan Mengharapkan Keberkahan warga Kabupaten Pemalang

Oleh : Adi Setiawan

Di tengah arus modernisasi yang deras, masyarakat Kabupaten Pemalang, khususnya di Desa Cibuyur, tetap menjaga sebuah tradisi berharga: Grebeg Maulid. Tradisi ini merupakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dikemas dalam bentuk budaya lokal, menampilkan gunungan hasil bumi, iring-iringan kirab, hingga pagelaran wayang kulit. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Grebeg Maulid menjadi wujud nyata ekspresi rasa syukur, harapan keberkahan, serta cermin kearifan lokal yang meneguhkan identitas masyarakat.


Grebeg Maulid di Pemalang diyakini telah ada sejak awal masuknya Islam di wilayah pesisir utara Jawa. Seperti tercermin dalam tradisi serupa di wilayah Yogyakarta dan Demak, Grebeg merupakan bentuk penghormatan masyarakat kepada nilai-nilai Islam, yang diselaraskan dengan budaya lokal. Di Desa Cibuyur, tradisi ini dimulai dengan pengambilan air dari tujuh sumber mata air suci, lalu digunakan untuk menyiram gunungan berisi sayur, buah, dan hasil bumi lainnya. Gunungan ini kemudian diarak keliling desa dan menjadi rebutan warga karena dipercaya membawa berkah (Haluan Indonesia,2024).


Rangkaian acara tidak berhenti sampai di situ. Pada malam harinya, digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dengan lakon bernuansa moral dan kepahlawanan. Melalui pertunjukan tersebut, nilai-nilai etika dan spiritual disampaikan dengan bahasa budaya yang mudah diterima masyarakat.

Nilai-Nilai yang Terkandung Tradisi Grebeg Maulid sarat dengan nilai-nilai luhur, seperti:
- Religiusitas, tercermin dari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW dan doa bersama yang menyertainya.
- Gotong royong, terlihat dari keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam mempersiapkan acara.
- Kearifan lokal, melalui penggunaan hasil bumi dan seni pertunjukan tradisional sebagai media ekspresi.
- Persatuan dan kesatuan, karena acara ini menyatukan berbagai kalangan dalam suasana damai dan meriah.
Dalam konteks nilai-nilai Pancasila, Grebeg Maulid mengaktualisasikan sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa,” melalui penghormatan terhadap ajaran Islam. Sila ketiga, “Persatuan Indonesia,” juga tercermin dari partisipasi kolektif warga yang melampaui perbedaan sosial dan ekonomi.

Menurut teori kewarganegaraan oleh Joel Westheimer dan Joseph Kahne (2004), salah satu bentuk kewargaan aktif adalah terlibat dalam kegiatan komunitas yang memperkuat solidaritas sosial dan nilai-nilai demokratis. Dalam hal ini, Grebeg Maulid berfungsi sebagai ruang publik yang memupuk rasa tanggung jawab bersama serta memperkuat kohesi sosial warga desa.

Tradisi di Tengah Modernisasi: Perlu Dilestarikan atau Ditinggalkan?
Sebagian kalangan mungkin beranggapan bahwa tradisi seperti Grebeg Maulid sudah tidak relevan di era digital ini. Namun, kenyataannya, justru nilai-nilai dalam tradisi ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi krisis moral dan sosial. Grebeg Maulid mengajarkan pentingnya syukur, kerja kolektif, serta penghargaan terhadap warisan budaya.

Namun demikian, perlu ada adaptasi dalam pelaksanaannya, seperti dokumentasi digital, pelibatan generasi muda dalam peran aktif, hingga kolaborasi dengan sektor pariwisata lokal tanpa mengkomersialisasi nilai sakralnya.


Grebeg Maulid bukan sekadar seremonial tahunan. Ia adalah warisan budaya yang sarat makna spiritual, sosial, dan budaya. Pelestarian tradisi ini bukan hanya soal mempertahankan bentuk luar, tetapi juga menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, Grebeg Maulid layak dilestarikan, disesuaikan dengan zaman, dan terus diwariskan sebagai identitas khas masyarakat Pemalang.

Referensi

Haluan Indonesia. (2024, 17 September). Grebeg Maulud dan Kirab Budaya Slumpring: Warisan Budaya yang Terus Dijaga di Desa Cibuyur

Khoiroh, Siti Muhimmatul, and Putri Nur Malasari. "Eksplorasi Etnomatematika Tradisi Grebeg Maulid di Desa Kayen Landoh Pati." J-PiMat: Jurnal Pendidikan Matematika 6.2 (2024): 1349-1358.

Muhaimin, Abdul Ghoffir. The Islamic Traditions of Cirebon: Ibadat and Adat Among Javanese Muslims: Ibadat and Adat Among Javanese Muslims. ANU Press, 2006.

Permadi, Danur Putut, and Hanif Fitri Yantari. "The Changing Significance of the Gerebeg Maulid Tradition: An Examination of Its Socio-Economic Impact in Indonesia." Jurnal Sosiologi Reflektif 18.2 (2024).

 

Posting Komentar

0 Komentar