Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

AKU TIDAK BERANI DAN AKU MALU

 Karya : Adi Setiawan


   Warga masyarakat umumnya terbagi menjadi beberapa lapisan usia, dimulai dari bayi, anak-anak, remaja, orang  dewasa, hingga lanjut usia. Setiap strata usia memiliki pengalaman dan permasalahan masing-masing begitu juga para remaja. Isu-isu remaja di zaman sekarang ini bukan lagi hal yang tabu untuk didiskusikan. Pelecehan seksual, mental health, narkoba, hingga pembunuhan sudah menjadi kasus yang tak asing lagi di mata para pembaca berita.

     Remaja menjadi sasaran utama karena kecenderungan mereka yang bertindak serta berpikir labil dan tidak memiliki prinsip hidup yang kokoh. Tindak kejahatan dengan korban remaja semakin meningkat setiap tahun. Pelecehan seksual bahkan dapat terjadi di lingkup sekolah menengah hingga universitas, ironisnya yang menjadi pelaku adalah oknum tenaga pendidik yang tak bertanggung jawab. Para korban diiming-imingi kepastian mendapat nilai yang memuaskan atau mendapat barang yang bernilai fantastis sehingga banyak anak yang tergiur untuk menerimanya.

    Tak hanya itu, bukan satu atau dua kali mereka dipaksa dan diancam oleh oknum-oknum tersebut, mereka diberi tekanan dari segi psikis maupun fisik sehingga tidak memiliki ruang gerak untuk melawan. Ketika para aktivis bersimpati dan berkomitmen untuk menolong para korban dalam mengusut hal ini, kebanyakan dari mereka malah menolak untuk dipublikasikan. Mereka berdalih karena malu jika permasalahannya diketahui oleh banyak orang. Mereka takut jika akan menjadi bahan gunjingan Masyarakat sekitar karena sudah menjadi korban pelecehan. Padahal seharusnya lingkungan Masyarakat dan aktivis dapat menjadi sarana penyembuh bagi korban baik dari segi fisik maupun mentalitas.

  Terlepas dari isu pelecehan pada remaja, terdapat masalah lain yang tak kalah penting Ketika dihadapkan dengan remaja masa kini. Mental Health  atau Kesehatan mental mungkin sudah tak asing menggelitik di telinga kita. Broken HomeBullying, dan kurang tepatnya penerapan  pola asuh orang tua menjadi api pemantik terjadinya masalah ini. Anak-anak yang seharusnya mendapat kenyamanan Ketika di rumah malah mendapat tekanan dari orang tua yang hampir setiap hari beradu argumen satu sama lain dan tak jarang hingga melontarkan kata-kata kasar yang tak seharusnya didengar oleh anak-anak. Tak jarang anak-anak menjadi sasaran empuk Ketika argument orang tua tidak berujung penyelesaian tetapi malah pemukulan. Akhirnya mereka cenderung mengurung diri dan tidak bersosialisasi dengan orang lain karena mereka mengalami kejadian traumatis yang merasuki kehidupan mereka.

  Ketika simpati datang dari berbagai pihak, para korban pun enggan untuk melanjutkan kasus kekerasan keluarga ini, mereka berdalih karena para pelaku adalah keluarga mereka sehingga mereka takut dan malu untuk mengungkapkannya. Mereka berasumsi bahwa, jika ada orang lain yang tau, maka sama saja mencemarkan nama baik keluarga sendiri. Mereka juga takut akan ancaman dari orang tua yang telah berbuat semena-mena.

    Selain itu, kasus lain juga tak kalah penting. Bullying bukan lagi menjadi hal yang asing dibicarakan. Globalisasi yang semakin meluas dengan berkembangnya teknologi tentunya menjadi sumbu pemantik Tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma Masyarakat. Seiring berkembangnya teknologi, bullying pun dapat dilakukan di media social atau yang  biasa kita kenal dengan cyber bullying. Jarimu adalah harimaumu adalah slogan yang kerap kali digaungkan dalam media karena dengan jari atau ketikan yang kita posting di media sosial dapat sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang. Kata kotor, makian, cacian, dan sumpah serapah seolah menjadi senjata favorit bagi para pelaku cyber bullying. Tak jarang remaja yang tidak memiliki mentalitas yang kuat dapat merasakan depresi karena mendapat tekanan dan ancaman dari penjahat media sosial. Hal terburuk bisa saja terjadi karena buktinya ada beberapa anak yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena cyber bullying.

    Selain masalah keluarga dan cyber bullying, remaja juga dihadapkan dengan pergaulan bebas hingga narkoba. Sasaran utama pengedar narkoba adalah remaja karena mereka sangat labil dan mudah untuk diiming-imingi mendapatkan kepuasan pribadi. Tak jarang mahasiswa yang sudah pernah mencobanya atau bahkan kecanduan memakai narkoba. Ironisnya mahasiswa mendapat akses dari oknum kakak tingkat yang tidak bertanggung jawab. Dalam sebuah kasus, mahasiswa bahkan dipaksa untuk menggunakannya dalam sebuah tongkrongan atau pergaulan. Apakah hal tersebut mencerminkan peran dan tugas mahasiswa sebagai calon para pemimpin bangsa.

   Anak anak dan remaja merupakan calon para pemimpin bangsa, panji kepemimpinan akan diteruskan oleh kaum intelektual yang tidak hanya pandai dalam bernegosiasi tetapi juga bijak dalam beraksi. Jika isu isu remaja ditelantarkan tanpa adanya usaha menindaklanjuti, maka kita harus Bersiap akan kehancuran sebuah negeri. Jadilah generasi yang berani,  bukan hanya berani mengungkap isu terkini tetapi juga berani menanggung segala konsekuensi. Rasa malu takkan pernah membawamu maju, tujuan kita mencetak generasi satu yang dapat membawa bangsa ke masa depan yang baru.

Posting Komentar

0 Komentar