Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

Menjadi Santri Produktif di Era Modern: Antara Ibadah, Ilmu, dan Karya

(gambar coding website dan ngaji kitab)

Hidup di pesantren atau ma’had sering identik dengan jadwal padat: ngaji, murojaah, shalat berjamaah, lalu kuliah atau belajar di kelas. Tapi di balik rutinitas itu, banyak santri sebenarnya punya potensi luar biasa untuk berkembang di bidang lain mulai dari menulis, desain, olahraga, dan masih banyak lagi. Tantangannya adalah bagaimana cara santri tetap fokus beribadah dan belajar agama, tapi juga produktif di luar itu.

Di Ma’had Al-Jami’ah UIN Walisongo misalnya, beberapa mahasantri mencoba menyeimbangkan dua dunia antara pagi sampai siang kuliah, sore ngaji, di sela-sela itu mengembangkan diri melalui kegiatan ukm dan kompetisi. Mereka membuktikan bahwa jadi santri produktif itu bukan berarti meninggalkan nilai-nilai keagamaan, tapi justru memperluas makna ibadah lewat karya yang bermanfaat.

Menjadi santri di era modern bukan cuma soal mengaji dan memperdalam ilmu agama. Di tengah arus zaman yang terus melaju, banyak santri kini mulai membuka diri untuk ikut produktif di bidang yang ingin mereka tekuni tanpa mengurangi esensi ibadah dan belajar. Di Ma’had Al-Jami’ah UIN Walisongo, misalnya, para mahasantri dari berbagai jurusan punya cara unik dalam menyeimbangkan dua dunia antara dunia pesantren dan dunia akademik.

Salah satu contohnya datang dari santri jurusan Teknologi Informasi. Di sela kegiatan mengaji kitab kuning, halaqah, dan kuliah, mereka tetap menyempatkan waktu mengasah kemampuan di bidang digital mulai dari ngoding website, bikin desain, sampai ikut lomba inovasi teknologi. Aktivitas ini bukan berarti mengganggu fokus ibadah, tapi justru menjadi bentuk ibadah baru lewat karya dan kontribusi nyata.

Menariknya, pola hidup di pesantren yang disiplin justru melatih manajemen waktu yang kuat. Dari subuh sampai malam sudah terjadwal: ngaji, kuliah, diskusi, dan kadang lembur ngoding di sela-sela waktu istirahat. Kombinasi antara riyadhah spiritual dan latihan intelektual ini membentuk karakter tangguh dan adaptif. Santri jadi tidak hanya paham agama, tapi juga peka terhadap perkembangan zaman.

Namun, produktivitas ini tentu punya tantangan tersendiri. Keterbatasan waktu, fasilitas, dan kadang kurangnya dukungan lingkungan bisa membuat sebagian santri menyerah di tengah jalan. Di sinilah pentingnya dukungan dari pihak pesantren dan kampus menciptakan ekosistem yang mendukung kolaborasi antara ilmu agama dan ilmu yang dapat mendukung produktivitas mahasantri. Misalnya, dengan membuka seminar yang dapat menumbuhkan skill baru, lomba yang dapat melatih skill, atau kelas kreatif yang tetap berpijak pada adab dan nilai-nilai keislaman serta program studi.

Santri masa kini tidak sebatas hanya menjadi penerima ilmu, tapi juga penghasil karya. Dengan niat yang lurus, setiap baris kode, desain, atau inovasi bisa menjadi amal jariyah. Karena di balik semangat produktif itu, mereka membawa satu tekad menjadi generasi yang berilmu, beriman, dan bermanfaat.

Menjadi santri di era modern berarti siap menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan arah spiritual. Di Ma’had Al-Jami’ah UIN Walisongo, semangat itu nyata terlihat: para santri tidak hanya sibuk mengaji, tapi juga berkreasi dan berkarya. Mereka membuktikan bahwa produktif di luar pelajaran agama bukan berarti lalai ibadah, melainkan bentuk lain dari pengabdian.

Santri produktif bukan sekadar bisa multitasking antara kuliah dan ngaji, tapi mampu menjadikan setiap aktivitasnya bernilai ibadah. Mengembangkan skill akademik maupun non akademik, menulis artikel, hingga merancang solusi berdasarkan studi kasus semuanya bisa menjadi jalan dakwah di dunia digital.

Harapannya, pola hidup santri seperti ini bisa jadi inspirasi untuk banyak mahasiswa lainnya. Bahwa keseimbangan antara ibadah, ilmu, dan karya bukan hal yang mustahil. Justru di situlah letak keistimewaan seorang santri modern: tetap rendah hati, tekun belajar, tapi juga berani berkontribusi untuk umat dan bangsa.

 

 Create by: Fa’iq Muhammad Saputra

Posting Komentar

0 Komentar