Oleh: Mayantiqu Anhadana
Tan Malaka pernah
berkata, “Jika kaum muda yang terdidik merasa terlalu tinggi dan pintar untuk
berbaur dengan masyarakat pekerja sederhana, maka pendidikan semacam itu lebih
baik tidak diberikan sama sekali.” Pernyataan ini merupakan bentuk kritik yang tajam
terhadap sistem pendidikan tanpa memperhatikan aspek karakter. Pernyataan ini
juga mencerminkan betapa pentingnya pendidikan karakter dalam sistem pendidikan
di Indonesia. Karena pendidikan merupakan pondasi utama bagi berkembangnya
suatu bangsa. Akan tetapi, pendidikan yang baik tidak hanya memberikan bekal
pengetahuan akademik, tetapi juga harus membangun karakter peserta didik.
Pendidikan Karakter dalam Isu
Kepemimpinan di Indonesia
Pendidikan karakter
adalah upaya penanaman nilai-nilai luhur kepada peserta didik supaya terbentuk
karakter yang baik, mampu menerapkan nilai kebaikan dalam kehidupan, serta
mampu mengnalisis antara hal benar dan salah (Zuchdi, 2010). Dengan kata lain Pendidikan
karakter merupakan proses pembelajaran dengan tujuan membentuk kepribadian dan
sikap positif pada peserta didik. Tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi
juga memiliki moral yang kuat. Dalam konteks ini, Tan Malaka menekankan bahwa
pendidikan tidak boleh menjadikan seseorang merasa superior terhadap orang
lain, terutama masyarakat pekerja sederhana yang menjadi tulang punggung
ekonomi negara.
Menurut Ahmad hidayat (2015)
Martabat sebuah bangsa dicerminkan oleh moral, etika dan budi pekerti yang
luhur. Pendidikan karakter adalah aspek penting dari pembentukan kepribadian
bangsa. Tan Malaka percaya bahwa pendidikan harus mampu menjadi jembatan antara
yang terdidik dan yang belum terdidik. Dengan harapan supaya kelak para
pemimpin tidak hanya memahami teori-teori, tetapi juga mampu berempati dan
berinteraksi dengan masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu, pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang dapat membentuk pemimpin yang tidak hanya memikirkan
diri sendiri, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat.
Kritikan Terhadap Pendidikan Formal
Fakta sistem pendidikan
formal di Indonesia masih sering terfokus pada penguasaan materi dan nilai
akademis, tanpa memberikan perhatian yang cukup pada pengembangan karakter.
Padahal sejatinya dalam Pendidikan formal belajar adalah proses pembentukan
karakter serta pengembangan berbagai aspek dalam kehidupan (Sekarningrum:
2024). Munculnya generasi yang hanya cakap secara akademis, tetapi kurang
memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dapat
menimbulkan maslah serius bagi bangsa. Pendidikan semacam ini patut untuk
dibenahi karena pendidikan seharusnya membentuk individu yang tidak hanya
cerdas, tetapi juga memiliki integritas dan rasa tanggung jawab sosial.
Dalam banyak kasus, dapat
kita lihat lulusan pendidikan tinggi, pemimpin dan pejabat tinggi sering kali
merasa lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan masyarakat pekerja. Sikap
ini mengakibatkan jarak antara kaum terdidik dan masyarakat umum semakin
merenggang, yang pada akhirnya dapat menghambat kemajuan sosial. Tan Malaka
menegaskan bahwa jika pendidikan tidak mampu menghilangkan kesenjangan ini,
maka lebih baik pendidikan tersebut tidak diberikan sama sekali.
Peran Organisasi dalam Pendidikan
Karakter
Organisasi dalam pendidikan
formal maupun informal, memiliki peran penting dalam pengembangan karakter.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kemahasiswaan, dan kegiatan sosial
kita dapat belajar bekerja sama, menghargai perbedaan, dan berkontribusi
terhadap masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini dapat menjadi wadah bagi generasi
muda untuk mengasah keterampilan sosial dan membangun karakter yang baik.
Salah satu fumgsi
organisasi adalah sebagai platform untuk melatih kepemimpinan. Menurut Shinta
Yolanda, dkk (2024) Yang
lebih kursial, organisasi kampus menjadi
tempat yang dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memimpin, bekerja
sama, dan berkomunikasi secara efektif dalam situasi yang tak jarang
dihadapkan dengan tantangan. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya memiliki
pengetahuan yang luas, tetapi juga mampu menginspirasi dan memotivasi orang
lain. Dalam konteks ini, pendidikan karakter harus menjadi bagian integral dari
sistem pendidikan, sehingga setiap individu dapat tumbuh menjadi pemimpin yang
bertanggung jawab dan peduli terhadap masyarakat.
Tantangan dan Harapan
Meskipun pentingnya
pendidikan karakter telah diakui, akan tetapi dalam implementasinya juga masih
memiliki banyak tantangan. Banyak sekolah yang masih terjebak dalam pola pikir
bahwa nilai akademis adalah segalanya (Adli:2025). Oleh karena itu, diperlukan kesadaran
dan komitmen dari semua pihak baik pemerintah, pendidik, dan orang tua untuk menggabungkan
pendidikan karakter dalam setiap aspek pembelajaran.
Harapannya pendidikan di
Indonesia tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas, tetapi juga individu
yang memiliki karakter yang kuat. Dengan demikian, kita dapat menciptakan
masyarakat yang lebih baik, di mana setiap orang saling menghargai dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama.
Kesimpulan
Pernyataan Tan Malaka
tentang system pendidikan tanpa karakter nyatanya masih sangat relevan hingga
saat ini. Pendidikan yang baik seharusnya tidak hanya fokus pada penguasaan
ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kepemimpinan.
Dengan membangun pendidikan karakter, kita dapat menciptakan generasi muda yang
tidak hanya cerdas, tetapi juga berempati dan peduli terhadap masyarakat.
Seperti yang dikatakan Tan Malaka, jika pendidikan tidak mampu menjembatani
kesenjangan sosial, maka lebih baik pendidikan tersebut tidak diberikan sama
sekali. Mari kita bersama-sama berupaya untuk mewujudkan pendidikan yang menyeluruh
dan berkarakter demi masa depan bangsa yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adli, Andi. (2025, 3 Mei). Apakah Pendidikan di
Indonesia Terlalu Berbasis Nilai?. Diakses tanggal 23 Agustus 2025, dari https://www.kompasiana.com/andiadli2943/68160c65c925c415354c24a5/apakah-pendidikan-di-indonesia-terlalu-berbasis-nilai.
Hidayat, Ahmad. 2015. NILAI-NILAI KARAKTER DARI
KEGIATAN ORGANISASI MAHASISWA DI LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA. [Skripsi]. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sekarningrum, Ardiyani. (2024, 19 November). Pendidikan
Holistik: Nilai Bukan Segalanya. Diakses tanggal 23 Agustus 2025, dari https://kumparan.com/ardiyani-sekarningrum/pendidikan-holistik-nilai-bukan-segalanya-23wJmQK80dV/4.
Yolanda,S., dkk. 2024. PERAN ORGANISASI MAHASISWA
DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEPEMIMPINAN DAN PENINGKATAN SOFT SKILL. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dasar 9(4). Madura. Universitas Trunojoyo Madura.
Zuchdi, Darmiyati.
2010. Humanisasi
pendidikan: menemukan kembali pendidikan yang manusiawi. Jakarta. Bumi Aksara.
0 Komentar