By: Aainrrfq14r
Panas menyengat tubuh,debu berterbangan ke sana kemari,motor dan mobil berlalu lalang sambil bersahutan suara klakson. Aku berdiri di pinggir jalan hendak menyebrang, ku edarkan pandangan ke kiri dan ke kanan, Setelah merasa aman,ku langkahkan kaki menyebrang jalan. Aku menuju ke salah satu rumah Padang di depan pondokku.
"Mbak,beli nasi aja boleh kan?" Tanyaku pada pelayan warung Padang itu.
"Boleh,mau beli berapa?" Jawabnya
"1 bungkus aja mbak"pesanku
Sementara di sebrang jalan,di depan toko Bu nyai, terlihat temanku Harun,sedang berbicara dengan seorang kakek, awalnya aku mengira kalau kakek itu adalah kakeknya,tapi setelah aku telusuri dengan mataku lebih lanjut,aku mengira bahwa itu tidak mungkin kakek mas Harun.
Lumayan lama mereka berbincang,muka kakek itu terlihat lesu, memakai baju putih dan celana pendek,dengan tas punggung di punggung nya,dan membawa sebuah tongkat kayu. Akupun berniat membelikan makan beliau.
Aku bilang sama mbak tadi,"mbak,tambah satu bungkus lagi ya"
Ia mengangguk, "satu bungkusnya berapa mbak?" Tanyaku
"Empat ribu"jawabnya
Aku keluarkan selembar uang dua puluh ribu,lalu ku berikan pada penjaga warung Padang itu. Sepertinya Makan takkan sempurna kalau tidak ada lauk nya, kebetulan di dekat sana juga ada penjual pentol,aku bergegas ke sana dan membeli dua bungkus pentol.
Setelahnya aku kembali menyebrang ke pondok ku,aku jadikan dua plastik pentol dan nasi tadi,lalu aku menghampiri kakek tadi dengan membawa satu buah kantong plastik yang masing-masing berisi nasi dan pentol tadi,tetapi mas Harun sudah tidak ada,entah kemana.
Aku bertanya pada kakek itu,"maaf kek,teman saya tadi dimana ya?"
"Oh,tadi dia lurus kesana,ga tau kemana"jawabnya
Aku mengangguk.
"Kamu namanya siapa?" Tanya kakek itu
"Aku Rifqi kek"jawabku
"Oh Rifqi"jawab kakek mengangguk
"Kakek ngapain di sini?" Tanyaku penasaran
"Ini Lo nak,aku mau pijet,aku belum makan dan minum dari tadi pagi, biasanya ada panggilan dari cucu,tapi ini ga ada,emang anak zaman sekarang ya, seperti kacang luap dengan kulitnya" jawabnya panjang lebar
Sebenarnya suaranya tidak terlalu kedengaran jelas,aku hanya mendengarnya demikian.
"Oh iya kek,kakek asalnya mana?"
Aku lupa ia orang mana,yang jelas bukan orang Semarang.
"Trus kamu asalnya mana nak?" Tanya nya balik
"Rembang kek,,," jawabku
",,Ini kek,ada makanan sedikit buat kakek, dimakan ya!" Ucapku sambil menyodorkan satu plastik nasi dan pentol itu.
"Loh,ini apa ini,saya kok di bawakan makan seperti ini segala, terimakasih banyak ya nak!" Kat kakek, terlihat sumringah dan bersemangat sekali kakek itu, Masyaallah.
"Oh iya kek sama-sama,ayo kek kalau mau masuk ke pondok dulu,makan di sana,gapapa kok"
"Tidak nak,makasih,ini lebih dari cukup,tadi siapa namanya?"
"Rifqi"
"Oh ya, Rifqi"
Tiba-tiba mas Harun lewat di depan ku,"itu temennya" kata kakek itu,
"Oh iya kek,saya pamit dulu ya,itu jangan lupa dimakan!" Pamitku
Dia ulurkan tangannya,lalu aku kecup,aku pun beranjak pergi.
Sampai di kamar,aku temui mas Harun,aku masih penasaran pada kakek tadi,mungkin saja mas Harun tau.
"Mas,itu tadi kakekmu?"tanyaku
"Eh,bukann,masak kakekku aku biarin di sana" jawabnya
Benar juga! Dan dugaanku ternyata benar,itu bukan kakek mas Harun.
"Mas tadi mau kemana,kok tiba-tiba ngobrol sama kakek itu?" Tanyaku penasaran
"aku tadi mau ke masjid,,"jawabnya,memang sudah biasa mas Harun di masjid sebrang jalan itu,entah ngapain akupun tidak tau.
",,Trus aku di tanya beliau,," cerita mas Harun panjang kali lebar.
Aku Hanya diam mendengarkan.
Kata mas Harun dia adalah tukang pijat Bu nyai dan almarhum Abah yai, kakek itu juga mengenal guz Azra,beliau memang belum makan dan minum sejak tadi,kakek itu di suruh masuk ke dalem Bu nyai juga ga mau.
Wah ada apa ini? Siapa sebenarnya beliau? Tukang pijat,atau mau pijat? Benarkah beliau mengenal Abah dan Bu nyai? Ataukah ia berpura-pura agar di kasihani?
Entahlah, yang pasti kita harus husnuzan atau berprasangka baik pada orang lain, Wallahu a'lam
0 Komentar