SIARAN
PERS
Semarang,
17 Agustus 2018
Aksi Refleksi HUT RI;
Ilusi 73 Tahun Kemerdekaan
“Apakah kita mau Indonesia merdeka
yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang
semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa
dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya?” (Pidato
Soekarno saat BPUPKI, 1 Juni 1945)
Tahun
ini, Indonesia telah menapaki momentum perayaan 73 tahun kemerdekaannya. Ibarat
manusia, usia kemerdekaan negeri ini seharusnya sudah memasuki fase yang
matang. Namun benarkah kehidupan di negeri ini sudah menjadi bangsa yang
sejahtera baik secara ekonomi, politik,
sosial, budaya, ekologi, agraria atau dalam istilah founding fathers negeri ini disebut sebagai bangsa yang berdaulat? Inilah
pertanyaan besar yang selalu mengiringi setiap perayaan 17 Agustus.
73
tahun telah berlalu, namun mimpi kemerdekaan agaknya sekadar utopia karena
kondisi obyektif rakyat Indonesia masih jauh dari sejahtera. Berbagai macam
problematika makin hari kian menggurita. Mulai dari persoalan ekonomi yang
menghimpit rakyat, negara yang belum mampu berdikari dan selalu didominasi oleh
pihak asing, termasuk pengelolaan sumber daya alam dan kebijakan-kebijakan yang
tidak pro dengan kepentingan rakyatnya.
Misalnya,
pada era pemerintahan sekarang, tercatat Bahan Bakar Minyak (BBM) naik 10 kali.
Jika BBM naik tak ubahnya berimbas pada naiknya harga pangan, sandang, maupun
papan. Tak hanya itu, utang Indonesia yang kian hari kian menggunung menjadikan
indikasi lemahnya stabilitas ekonomi Indonesia. Bahkan pada Oktober mendatang, akan
ada pertemuan antara International
Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia di Bali di mana kedua lembaga ini memberi
program utang kepada Indonesia atas nama pembangunan dan reforma agraria, pun merupakan
kaki tangan kepentingan investor global di Indoesia. Mempunyai dan menerima
utang justru semakin membenamkan rakyat dalam kemiskinan dan telah mengkhianati
cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kekaayaan
sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah nyatanya juga hanya dikuasai oleh
segelintir orang bahkan dikuasai oleh para pemodal asing yang tentu berdampak
pada kedaulatan negara. Alih fungsi lahan menjadi perkebunan, pertambangan,
pembangunan infrastruktur menimbulkan perampasan ruang hidup rakyat dan
kerusakan lingkungan. Misalnya PT Freeport Indonesia, apalagi dengan divestasi
51% sekarang diklaim sebagai capaian keberhasilan pemerintah. Padahal di balik itu
ada rakyat Papua yang sekarang yang tertatih-tatih, kehilangan hak yang menjadi
tumpuan hidupnya. Penguasaan semacam ini banyak terjadi. Narasi besarnya selalu
investor berkolaborasi dengan pemerintah, tidak pro dengan apa dan siapa saja
yang menghalangi program negara yang disebut develompentalisme.
Menyoal
Hak Asasi Manusia (HAM), hingga saat ini kasus HAM masa lalu belum diungkap
kebenarannya melalui mekanisme hukum yanga ada. Justru para pelaku pelanggaran
HAM mendapatkan impunitas bahkan mendapat tampuk kekuasaan menjadi pejabat
pemerintahan.
Terakhir,
soal sistem pendidikan nasional yang semakin kapitalistik mengakibatkan
sulitnya rakyat miskin mengenyam pendidikan yang berkualitas. Orientasi
pendidikan agaknya menjadi sebuah investasi dan cenderung mengabaikan tujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengentaskan kebodohan.
Oleh
karena itu, PMII Rayon Sains dan Teknologi menyatakan sikap kepada seluruh
pejabat pemerintah yang mempunyai tampuk kekuasaan pada segala lini yang sudah
disebutkan di atas untuk menegakkan kebijakan yang mendukung pemenuhaan hak
masyarakat atas ekonomi, politik, sosial, budaya, ekologi dan keadilan hukum, menolak
pertemuan antara IMF dan Bank Dunia atas nama pembangunan dan reforma agraria, usut
tuntas kasus pelanggaran HAM masa lalu sebagai upaya pemulihan hak korban dan
terciptanya penegakan hukum sebagaimana mestinya, menghormati dan melindungi
hak asasi manusia, serta mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk melawan hal
yang menjadikan lemahnya rule of law,
demokrasi, dan hak asasi manusia yang dilakukan oleh penguasa.
Demikian
seruan dari PMII Rayon Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang. Berdaulat negeriku, sejahtera rakyatku,
semoga seutuhnya dapat terwujud.
Selamat
Ulang Tahun ke-73 Republik Indonesia!
Narahubung:
Koordinator Aksi: 085745015992
(Suseno)
Koordinator Lapangan: 085867205572 (Zakiya)
0 Komentar