![]() |
doc. pmiirayonsaintekwalisongosemarang |
Semarang, pmiirayonsaintek.blogspot.co.id- Kemarin, Selasa (4/4) KPS (Komunitas Pegiat Sejarah) Semarang telah berhasil melancarkan agenda diskusi rutinan yang sering kali disebut dengan “Seri Diskusi Gedung SI”. Pada Diskusi kali ini mengangkat tema: “Politik Islam Orde Baru" yang dilangsungkan di Gedung SI (Sarekat Islam), Kampung Gendong, Kelurahan Sarirejo. Pemantik Diskusi kali ini yakni Bonnie Triyana (Pimred Majalah Historia) dan Adi Joko Purwanto (Dosen Fisipol UNWAHAS).
Diskusi yang
dimulai pukul 19.30 wib ini berjalan dengan lancar. Sekitar kurang lebih 80
orang berkumpul menjadi peserta diskusi, mulai dari kawan-kawan mahasiswa/i,
para pegiat sejarah dan para aktivis kota semarang. Diskusi di moderatori oleh
Afit Khomsani dimulai dari pemantik Adi Joko Purwanto (Dosen Fisipol UNWAHAS),
beliau memaparkan bahwa dalam politik islam orde baru, terjadi yang namanya
bonsainisasi politik islam, di era-era awal orde baru islam seakan-akan di
pinggirkan, sampai di era hampir akhir kekuasaan Soeharto, hubungan islam
dengan pemerintah berubah 180 derajat, yang tadinya seakan-akan disingkirkan kemudian menjadi mitra.
Hal senada disampaikan
pula oleh pemantik yang kedua Bonnie Triyana (Pimred Majalah Historia), ada 4
fase islam dalam politik di era orde baru: yang
pertama di era 65 sebagai masa konsolidasi, yang kedua era 72 – 78 terjadinya penyederhanaan partai islam, yang ketiga era 82 -84 kala itu juga
terjadi peristiwa Tanjung Priok, dan yang terakhir era 90 an sampai akhir orde baru, Soeharto sangat mesra
hubungannya terhadap golongan-golongan islam. Dalam hal ini kenapa di era orde
baru golongan islam tidak bisa berkembang di orde baru karena campur tangan
dari pemerintah kala itu, terjadinya diferensiasi sosial, orientasi yang di
berikan adalah terkait program bukan pada ideologi.
“Harapan
dari adanya diskusi ini, kita bisa berbagi dengan para kalangan muda, para
pegiat sejarah terkait pentingnya membaca sejarah untuk bisa memahami dinamika
yang terjadi saat ini dalam kehidupan di negara ini, karena semuanya ada benang
merah nya yang terhubung antara peristiwa dulu dan saat ini” ungkap Rukardi
Ahmad selaku Ketua Komunitas Pegiat Sejarah.
Laporan: Bima Sakti
0 Komentar