Header Ads Widget

Ticker

6/recent/ticker-posts

HAKIKAT SEBUAH KEHIDUPAN

Oleh : M.Ihsan Fikri



Membicarakan tentang apa itu arti dari sebuah kehidupan, saya jadi teringat dengan ungkapan dari Emha Ainun Nadjib :

“Hakikat hidup bukanlah apa yang kita ketahui, bukan buku-buku yang kita baca atau kalimat-kalimat yang kita pidatokan, melainkan apa yang kita kerjakan, apa yang paling mengakar di hati, jiwa dan inti kehidupan kita.”

   Itu lah kata motivasi yang pernah saya dengar dari dari seorang satrawan ketika majil padhang bulan di jombang.

   Ketika kita berbicara tentang apa sebenarnya hakikat dari sebuah kehidupan, terkadang saya sempat merenungi mengapa ada nya kehidupan di dunia ini walaupun nanti kita akan mengalami kematian. Mungkin dapat saya ambil kesimpulan bahwa hakikat dari sebuah kehidupan adalah paradigma tentang sesuatu apa yang kita lakukan ataupun kita kerjakan yang bisa bermanfaat bagi orang lain maupun diri kita sendiri.

    Banyak pada zaman yang sekarang ini nilai eksistensi lebih di utamakan dari pada nilai manusiawi, banyak orang zaman sekarang itu lebih mengutamakan eksistensi ke dunia internet dan lebih memperlihatkan sisi baiknya kepada manusia dari pada ke sisi pencipta-Nya. Sesungguhnya kita datang kedunia ini bukanlah atas kehendak kita,manusia datang kedunia, bukanlah atas kehendak manusia itu sendiri, tetapi manusia datang kedunia atas kehendak Allah Swt. Tetapi kebanyakan manusia yang difikirkan siang dan malam adalah apa mau saya,apa mau saya,apa mau istri saya, apa mau anak saya, apa maunya golongan manusia, sedikit manusia yang berpikir apa sebenarnya maksud Allah Swt menghantar kedunia ini, sibuk dengan keinginannya masing-masing -masing-masing, lupa bahwa dia datang ke dunia atas kehendak Allah. Dari mereka mungkin melupakan apa arti dari tujuan hidup mereka, yang mana tujuan dari hidup adalah dia yang bisa bermanfaat bagi diri nya sendiri dan juga orang lain.

     Kita bergeser dari presisi posisi di garis tengah hakikat hidup, tetapi kalau kita terlalu pasrah dengan takdir apa yang telah di berikan oleh Allah kita tidak akan bisa menilai diri kita sendiri, dan juga kalau kita terlalu overdosis dalam meyakini adanya Tuhan dengan taqwa dam tawakal kita, kita bisa terperosok mengklaim suatu keadaan yang sebenarnya berada mutlak di tangan Tuhan. Kita mengganti teknis prokes dengan taqwa, mengganti kewaspadaan hati dan pikiran dengan protaf. Pada contohnya kita sebagai hakikat seorang insan yang diciptakan oleh Allah kita mempunyai kedudukan yang sama di sisi-Nya baik buruk nya kita tetap akan di nilai sama oleh-Nya.

     Hakikatnya tidak ada apa-apa  hidup yang hakiki, yang ada  sebenarnya hanyalah Allah, selainnya adalah makhluk,yang tidak bisa membuat apa-apa tanpa kehendak Allah ,laa haula wala quwwata illa billah, tidak ada usaha,tidak ada kekuatan tanpa Allah Swt. Tidak ada pemilik yang hakiki kecuali Allah Swt, kita tidak punya apa2, harta kita bukanlah milik kita, rumah kita bukan milik kita diri kita bukan milik kita semua adalah milik Allah. Maka kita ini harus merasa sebagai hamba Allah, sehingga segala sesuatu diatur sesuai syariat Allah.

     Sepatah kata bijak lagi yang saya ingat dari seorang Emha Ainun Nadjib yaitu :

“Allah tidak menilai dari kegagalan atau keberhasilan dari usaha yang kita lakukan, tetapi Allah menilai kegigihan seperti apa yang kita lakukan untuk menyelesaikan usaha tersebut”

      Ini adalah pandangan saya terhadap hakikat tentang kehidupan, saya hanya ingin berbagi dan menyampaikan argumen saya, dan juga saya masih butuh banyak belajar, sekian terimakasih. SALAM PERGERAKAN !!!

Posting Komentar

0 Komentar