Aksi Bersama Jaringan Jawa Tengah dalam Kampanye “16 Days of Activism Against Gender Violence”
Penulis : Anton Tubagus
Jaringan Jawa Tengah mengadakan aksi keempatnya di Jl. Pahlawan
Kota Semarang dengan menyelenggarakan Parade Ekspresi sebagai bagian dari momen
aksi 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP) pada hari Minggu (4/12). 16
HAKTP menjadi hari kampanye internasional yang selalu di adakan setiap tahun
pada tanggal 25 November hingga 10 Desember, dengan tujuan untuk menghapus
kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.
Dalam gelaran aksi 16 HAKTP tahun ini,
Jaringan Jawa Tengah mengadakan aksi
dengan serangkaian kegiatan acara sebagai bentuk solidaritas bersama. Acara
pertama dimulai pada tanggal 24 November dengan melakukan diskusi bersama
komnas perempuan, lalu acara kedua dilaksanakan pada tanggal 26 November dengan mengadakan
aksi Doa Lintas Iman untuk penyintas kekerasan dan pembela HAM dengan menghadirkan beberapa perwakilan
dari masing-masing 6 agama. Acara ketiga adalah diskusi bedah buku yang
berjudul ‘Bersenggama Secara Setara’ karangan Abdulullah Faiz, acara keempat diisi dengan Fashion Show, Flash Mob,
dan pembacaan manifesto bersama yang
digelar pada hari ini di Jl. Pahlawan Kota Semarang, lalu acara kelima adalah diskusi
tentang Migrasi di tanggal 9 Desember. Rangkaian 16 HAKTP akan di tutup pada tanggal 10 Desember sebagai puncaknya dengan bertepatan peringatan
Hari HAM.
PMII Rayon Saintek berkesempatan hadir di acara yang keempat pada pagi hari tadi dengan melihat
beberapa penampilan dari para partisipan yang menampilkan beberapa Parade Ekspresi. Terdapat penampilan puisi, musikalisasi, Fashion
Show, Flash Mob, dan pembacaan Manifesto. Selain itu, teman-teman
GreenPeace Indonesia ikut serta dalam menampilkan seni
pantomim sebagai upaya kampanye lingkungan.
“Aksi solidaritas untuk 16 Hari anti Kekerasan terhadap Perempuan hari ini
dibalut dengan Parade Ekspresi. Ada yang berekspresi
melalui kostum yang berperan sebagai santri, bu nyai, anak SMA,
mahasiswa yang mencerminkan bahwasannya kekerasaan perempuan itu dialami oleh
perempuan dari berbagai lintas sektor kehidupan, lalu ada juga yang menampilkan
puisi dan ada yang melantunkan lagu-lagu perjuangan. Jadi, memang ini adalah
panggung ekspresi untuk teman-teman mewujudkan solidaritas dalam upaya pencegahan
kekerasan terhadap perempuan yang ada di
Jawa Tengah,” ujar Leni Listiani dari gabungan Jaringan Rakyat Jawa Tengah.
Di akhir acara aksi pada pagi hari tadi, Tim Pers Biro Pena bertemu dengan salah satu perempuan yang menjadi penyintas dari korban kekerasan terhadap perempuan.
“Saya adalah bagian dari korban, korban yang terpuruk, dulu aku jadi orang yang cuek, yang tidak mau bergabung dengan masyarakat, inginnya itu hanya kerja-kerja, tidak peduli dengan komunitas dan lingkungan, jadi termasuk yang agak ego, tapi setelah saya bergabung dengan komunitas, saya menyadari bahwa seseorang yang terpuruk itu akan merusak diri sendiri, karena kita semakin merasakan sakit dan aku merasakan seperti itu, setelah berkomukasi dan bertemu banyak teman ternyata ada banyak perempuan dari korban KDRT dan kejahatan lainnya yang mana mereka tidak mampu atau tidak berani untuk mengadu dan menyuarakan apa yang mereka alami, mereka rata-rata hanya menangis dan bersedih dan tidak mampu menyuarakan itu dan karena hal tersebut aku akan menjadi lidah mereka,” tutur Suborini selaku peserta aksi yang tergabung dalam Komunitas Teratai Putih.
0 Komentar